Ingatkah Anda saat ibu Anda membuat kalguksu (mie potong pisau) buatan sendiri dengan menguleni dan menggiling adonan, namun mie lezat itu tertutupi oleh labu siam hijau yang kurang enak? Dulu mungkin Anda meminggirkannya, tapi sekarang, saya akan bersyukur untuk setiap potongnya! Zucchini telah menjadi salah satu sayuran yang selalu ada di lemari es saya. Saya menduga ‘ae’ (cinta) dalam ‘ae-hobak’ (zucchini) sebenarnya berarti cinta, karena saya sangat menyukainya. Teksturnya, warnanya yang cerah, dan rasanya yang lezat menjadikannya sangat serbaguna untuk berbagai hidangan. Hari ini, saya membuat Zucchini Chaejeon dengan banyak zucchini, mengikuti resep Chef Baek Jong-won. Saya membeli sebotol makgeolli (anggur beras Korea) sehari sebelumnya, merencanakan untuk dinikmati di akhir pekan ini – semua bagian dari rencana! Dengan menambahkan udang kering dan daun perilla ke zucchini dan menggunakan tepung pati, bukan tepung terigu untuk adonan, panekuk menjadi sangat renyah dan gurih, dengan sedikit aroma udang dan perilla yang menyenangkan. Ketika tiba waktunya membalik panekuk besar itu, suami saya, Heobi, menawarkan spatula. Saya menolaknya dengan sopan dan malah meletakkan piring di atas wajan, lalu dengan terampil membaliknya ke piring dengan suara ‘gedebuk’, dan kemudian dengan mulus menggesernya kembali ke wajan. Heobi, menyaksikan ini untuk pertama kalinya, takjub seolah-olah menonton pertunjukan sulap.^^ Semuanya terjadi begitu cepat dan alami sehingga saya pun sedikit gugup, tetapi saya merasakan momen singkat kebanggaan atas kelancaran prosesnya. ㅋㅋ Setelah ‘pertunjukan zucchini’ ini, saya bersulang dengan segelas makgeolli! Mencicipi panekuk zucchini ini, saya sekali lagi teringat bahwa Chef Baek Jong-won adalah seorang jenius kuliner. Sungguh lezat! Saya menyajikan makgeolli, panekuk zucchini, dan acar kubis yang telah saya siapkan sebelumnya. Mencelupkan panekuk ke dalam air acar dan kemudian membersihkan langit-langit mulut dengan acar yang manis dan asam menciptakan kombinasi yang fantastis.